Senin, 5 November 2018
Pewarta : Yadhi
MUKOMUKO – Masyarakat di sejumlah wilayah di Kabupaten Mukomuko menyoroti dana aspirasi dewan. Menurut penilaian mereka, dana yang digulirkan melalui pembangunan infrastruktur selama ini, dinilai tidak merata. Bahkan, yang dilaksanakan melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Mukomuko, serta pihak ketiga (kontraktor) yang diterapkan untuk pembangunan, terfokus hanya di daerah lumbung suara tempat anggota dewan itu tinggal.
Sementara, masih banyak kebutuhan pembangunan di daerah itu yang perlu diprioritaskan guna menunjang kelancaran aktifitas warga masyarakat dalam wujud menciptakan kesejahteraan, terutama di pelosok desa. Selain tidak merata, proyek yang bersumber dari dana aspirasi diduga banyak diambil oleh sejumlah oknum anggota dewan itu sendiri. Dan ini, katanya, sudah menjadi rahasia umum.
”Kami menilai dana aspirasi dewan yang disalurkan melalui program pembangunan tidak merata. Masih banyak kebutuhan infrastruktur yang sepatutnya dibangun untuk kelancaran aktifitas masyarakat. Supaya, dana aspirasi itu memang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara menyeluruh,” ungkap M Toha, Sekretaris LP-KPK Kabupaten Mukomuko.
Pihaknya kata M Toha, menerima laporan, selain memang dana aspirasi, sejumlah paket proyeknya juga diambil langsung oleh oknum dewan. Hal tentu sangat tidak sesuai dengan tujuan digulirkannya dana tersebut. Artinya, kata dia, telah menjadi ego sektoral dan tidak memikirkan kepentingan atau prioritas pembangunan secara merata dan menyeluruh.
Ungkapan senada disampaikan David Syambahri, pemuda Kecamatan Teras Terunjam. Pihaknya meminta anggota dewan dapat menyalurkan dana aspirasi secara merata. Karena dasar dana aspirasi adalah berdasarkan pengajuan kebutuhan dari masyarakat.
”Dana aspirasi itu kan jelas asal usulnya, masyarakat yang mengajukan dan dewan yang menganggarkan. Jadi, harus disalurkan secara merata. Kita minta kedepan, pembangunan infrastruktur melalui dana aspirasi mesti sampai ke pelosok-pelosok desa. Bukan hanya di wilayah lumbung suaranya saja. Kita miris melihatnya,” kata David diamini Lukman.
Demikian pula dikatakan oleh pemuda Kecamatan Teramang Jaya, Dani. Khusus di Desa Lubuk Silandak, daerah yang berada di pelosok, kata dia, belum banyak tersentuh pembangunan. Termasuk, sampai saat ini kebutuhan pembangunan jembatan tak kunjung terealisasi